Thursday, November 28, 2013

PERHATI DAN FIKIR SEJENAK



Ye.



Kadang kadang kita mengharapkan sedikit keajaiban dalam hidup ini untuk menguatkan kepercayaan kita. Akan ada detik detik setelah kita penat, sakit dan kecewa dengan perjuangan ini, kita merasakan ada yang tidak kena. Kadang-kadang kita rasa kita berada di tempat yang salah. Lalu kita mengharapkan tanda-tanda dari langit yang boleh menenangkan kegelisahan itu.

Bahkan,

Bahkan nabi Allah Ibrahim a.s. yang berstatus nabi itu pun mengharapkan sedikit tanda untuk menguatkan keimanan yang sudah lama terdasar. Perhatikan ayat berikut;


Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”

Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?”

Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap”

Allah berfirman, “Ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu diletakkan di atas tiap tiap satu bukit satu bahagian dari bahagian-bahagian itu, kemudian panggilah mereka, nescaya mereka datang kepadamu segera”

Dan ketahuilah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

Al Baqarah:260


Lagi, Nabi Zakaria pun hairan dan berasa ragu ragu bagaimana mungkin dia yang sudah lanjut usia beserta isterinya yang berstatus mandul pada hemahnya itu bisa memperoleh anak, lalu dia pinta tanda dari Allah.

Untuk ini, kalian boleh rujuk Surah Maryan ayat tujuh hingga sepuluh.


Begitulah. Maka boleh dikatakan ianya satu lumrah atau kebiasaan bagi seseorang yang bersifat manusiawi mengharapkan sedikit tanda untuk membenarkan apa dia meniti di titian yang haq atau bathil.

Bagi orang kebanyakan juga, mereka mengharapkan tanda tanda atau keajaiban daripada agama ini. Yelah, kata agama Allah, mesti ada ciri ciri kewahyuan kepada agama tersebut. Manusia sentiasa inginkan satu sumber yang jelas, yang boleh menguhkan kekuatan dia perbatasan.

Sebab itulah apabila ada kejadian kejadian ajaib yang melibatkan Islam, manusia manusia ini bersorak riang. Amal mereka bertambah. Keyakinan mereka kian mendasar. Sembang mereka makin kenchang. Dan setelah satu tempoh yang panjang, mereka kembali ragu dan mempersoalkan kebenaran itu. Mereka mengharapkan adanya tanda baharu, adanya isu baharu.

Umpamanya, keajaiban seperti masjid yang tidak roboh tatkala tsunami melanda, awan yang membentuk kalimah Allah, sejadah yang berzikir, cahaya putih dari kota Mekah, kalimah Muhammad pada kulit tembikai dan banyak lagi, ini semua menjadi tanda tanda yang menguatkan manusia kebanyakan ini.

Alahai.

Seperkara, anehnya tanda tanda ini walau sedikit sebanyak telah menguatkan keyakinan orang kita, tapi masih belum cukup untuk mereka membuahkan amal yang bersungguh, masih gagal orang kita untuk keluar berjihad. Masih perlahan perkembangan dakwah kita. Seolahnya, tanda tanda itu langsung tiada membawa erti.


Di zaman Rasulullah, tidak pula kedengaran tanda tanda ajaib ini. Tiada dalam mana-mana riwayat, hadith atau seerah tanda tanda seperti di atas. Tapi para sahabat terus menerus menawarkan jiwa mereka untuk kelangsungan agama ini. Medan jihad menjadi tempat transaksi antara manusia dan Allah, tempat membeli syurgaNya.

Ketahuilah pena telah diangkat dan lembaran telah kering.

Sebenarnya, al quran, cukuplah ia sebagai tanda kebesaran Allah. Cukuplah al quran itu meneguhkan hati kita, menguatkan keyakinan kita. Usahlah kita mengharapkan perkara yang remeh dan temeh.

Bahkan dalam banyak ayat al Quran Allah telah menjelaskan tanda tanda kebesaranNya. Namun, kebiasaanya ayat ayat ini diakhiri dengan persoalan, apakah kamu tidak memikirkannya ? apakah kamu tidak memerhatikannya?


Inilah kelemahan kita.

Gagal memerhati dan berfikir.


Sekarang berbalik kepada kita kita yang berasa lemah dan ragu, apa tandanya kita berada di jalan benar? Apakah orang-orang dalam tarbiyah, yang sudah meniti di jalan dakwah masih mengharapkan turunya gula gula dari langit ? Atau masih menuggu kalimah kalimah ini tumbuh atau terukir ada tanam-tanaman.

Alangkah!

Quran juga telah menjelaskan tanda untuk ini,


Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa itu Kami pergilirkan di antara manusia dan supaya Allah membedakan orang orang yang beriman supaya sebahagian kamu dijadikanNya syuhada’.

Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim

Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman dan membinasakan orang-orang kafir.
(Ali Imran 140-141)


Istiqomah. Kekalnya atau, masihnya kita atas jalan ini atas pilihan Allah, bermakna in sha Allah kita masih di jalan yang benar. Jika kita hadhir sekadar merosakkan saf saf orang beriman, tidak mustahil bahkan pasti Allah akan menarik balik hidayah dan taufiik ini.

Maka saudraku,

Masihkah kau ragu?

Atau sebenarnya kita juga gagal berfikir dan memerhati ?


No comments: