Ridha Allah tak terletak pada sulit atau
mudahnya
Berat atau ringannya, bahagia atau deritanya
Senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya
Berat atau ringannya, bahagia atau deritanya
Senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya
Ridha Allah terletak pada
Apakah kita mentaatiNya dalam menghadapi semua itu
Apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNya
Dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan
Apakah kita mentaatiNya dalam menghadapi semua itu
Apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNya
Dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan
Maka selama di situ engkau berjalan
Bersemangatlah kawan!
Bersemangatlah kawan!
-Dalam Dekapan Ukhuwah
-Salim A. Fillah
-Salim A. Fillah
----------------------------------------------
Ujian.
Terus terang saya katakan, ucapan “bersabarlah” kepada
mereka yang mengharungi ujian hidup bukanlah suatu tindakan yang bijak. Kehidupan
seseorang yang bercita-cita mengembalikan kemulian Islam, tidak akan pernah
kering dengan lautan ujian. Di saat kita berasa, ah mudahnya hidup aku, sungguh
ringan dan lancar, maka ketahuilah di saat itulah kita diuji. Sebenarnya.
Sulit, mudah, redhanya.
Hari ini saya mengenalpasti, beberapa jenis golongan orang
yang berhadapan dengan ujian di jalan Allah ini, jalan yang sumpah panjang,
jalan yang tidak terlihat di mana titik noktahnya. Ada orang yang tertewas
dengan ujian manusia, tapi mereka menang di sisi Allah. Saya mengenali ramai
sahabat perjuangan dalam kalangan ini.
Saya kagum.
Dan cemburu.
Dan cemburu.
Tika mana mata dunia memandang mereka dengan penuh
kerendahan, insan-insan ini bangkit dari lubang kecil itu, mengukir senyuman
penuh kesyukuran. Di saat pertama tamparan yang tampak berat menginjak hidup
mereka, mereka tunduk penuh ketaatan. Di situ, ada sabar. Di saat pertama,
itulah sabar. Mereka ni menerima walau pahit untuk ditelan pada zahirnya.
Keakraban dengan Sang Pencipta kian mekar di saat duri duri
dunia menusuk ke dalam daging mereka. Di saat suara-suara sumbang
bercakap-cakap mengerdilkan mereka, sungguh ajaib semangat itu menjulang lebih
tinggi bahkan mampu menyentuh langit. Tika mana dunia membaling batu, mereka
hulurkan bunga dan haruman. Saya kagum. Masih wujud manusia sedemikian. Nikmat,
di jalan ini.
Ada orang kandas dengan cabaran dunia dan malangnya turut
kalah mengharung ujian Allah. Pada reaksi pertama, di situ mereka tertewas. Saya,
sejujurnya sering sekali di situ. Jatuh dan terus terperangkap dalam lubang
gelap itu. Sering kali tertanya, masih ada kah bahagian untuk diriku yang acap
kali sukar menerima hakikat.
Kerana apa? Sering sekali bekerja untuk memuaskan hati
manusia. Beramal supaya mulia dipandang dunia. Ego yang meninggi tidak pernah
mahu menerima hakikat berada di bawah. Sering sahaja.
Ada orang yang menang di saat keduanya terjadi.
Nikmat yang ditaburi dalam hidup mereka disyukuri dengan
sujud sedalam-dalamnya tika siang pergi. Masih adakah bahagian untuk aku jadi
seperti mereka.
Ada orang
Tika mana kita berhadapan dengan ujian di alam buana ini,
Pada hakikat mata memandang mereka menang, tapi pada reaksi
mereka tertampil kekalahan yang hakiki. Dunia merabuni mereka. Sebaik sahaja
pintu itu dibuka, langsung tidak terlihat tangan yang menghulurkan segalanya. Saya
takut. Sering juga saya menunggu dan mengintai di pintu itu. Menanti dengan
penuh keraguan.
Sukar benar untuk menjelaskannya.
Di saat sudah bangkit dari rebah, boleh sahaja aku nukil kata-kata
semangat. Boleh sahaja aku titip puisi buat penyembuh luka, tapi apakah andai
lubang sama datang dihadapan, aku akan masuk untuk sekelian kalinya?
Besar benar mungkinnya.
Di saat kalah, apakah yang aku tangisi itu wajar?
Di saat aku menang, apakah kegembiraan itu syukur?
Di saat aku menang, apakah kegembiraan itu syukur?
1 comment:
Tatkala terfikir tentang Pencipta, hati meronta hanya ingin mengejar redha-NYA, saat itu, terasa lapang dada, resah gelisah semua tiada, hilang tenggelam ditelan masa. Hanya terhanyut dalam manisnya cinta, pada-NYA..
Irdhana Ya ALLAH..
Post a Comment