“Cer teka bape
orang yang muncul tadi?”
“4/5?”
“Salah. 0. T.T”
“Insya Allah tak
sia-sia penungguan kau Zam. Takde apa yang sia-sia dalam usaha pembinaan rijal”
Benar, tidak ada yang sia-sia dalam usaha
pembinaan rijal! Ia adalah ungkapan yang berbisa, menyihir dan memukau semangat
kami untuk terus menggila!
Kami sudah biasa. Dakwah ditolak. Offer tarbiyah,
tak ramai yang menyahut. Ajak turun halaqah, awalnya ok-ok, tetapi cancel last
minute. Sms dibiarkan tidak dibalas. Blue tick pada aplikasi whatsApp, tetapi
ternyata hanya kedengaran bunyi cengkerik. Hingga pada menunggu tiga empat lima
jam untuk sesi duduk beriman sejenak, tetapi tiada seorang pun yang muncul. Sehinggalah
dihidangkan alasan-alasan seperti;
“Urgent bang,
tak dapat join”
“Alamak, semalam
takde kredit nak reply Bang”
“Saya tak cukup
baik la nak ikut Abang”
“Sorry, tak dapt
join”
“Assignment
tiba-tiba banyak Bang”
“Mak datang ziarah
wiken ni Bang”
“Mak tak kasi
keluar la Bang”
“Saya nak rehat
la Bang”
Dan banyak lagi alasan yang ‘nyahkau alasan’.
Tetapi tidak mengapa. Jalan ini memang lurus mendaki ke langit. Akan tetapi ia
tidak mudah, senang dan menghiburkan.
Cuma, ternyata di sisi kami ada teman-teman
yang menghiburkan. Yang hanya dia dan kami memahami bahasa ini, formula atau
bahasa yang hanya difahami oleh rijal.
“Keep trying. Nanti
mesti diorang rasa serba salah dan one day akan turun join sekali”
“It’s ok”
“Sure ok ? Huhu.
Kita bagi diri kita dan dorang some more times, masa kan sebahagian daripada
perawatan, sebahagian daripada tarbiyah kita”
“Dah biasa la. Sepak terajang
dalam tarbiyah”
Fuh.
Kami merindui detik ini.semangat ini. Kefahaman
ini. Kejelasan ini. Sikap positif ini. Keeratan hubungan seperti ini. Saling memahami,
menasihati, dan menguatkan. Di jalan dakwah sahaja kita temui scenario-senario
ini.
Tugas mengemudi hati manusia bahkan hati
sendiri tidak pernah mudah.
---
Inilah tugas kehambaan kita; mengemudi hati
menuju Allah. Alangkah berat dan peliknya; sebab ia qalb; bergoyah-gayih,
berbolak-balik.
Maka dalam doa teragung nan tercantum di
Ummul Kitab & terucap di tiap raka'at; kita memohon jalan yang lurus. Lurus
menuju padaNya.
Tapi yang sering lupa diinsyafi; jalan yang
lurus ke langit itu, di bumi justru berkelok, curam, terjal, menikung, &
bergelombang.
Sebab ia adalah “Shirathalladzina an'amTa
‘alaihim”; jalan orang-orang yang Allah beri nikmat. Al Quran mengisahkannya
dengan syahdu.
Kisah-kisah itu; yang mengambil bahagian
terbesar dalam Al Quran; membentang dari Adam hingga Muhammad; semua
menceritakan lika-liku.
Maka ya Allah, susurkan dan susulkan kami
di jalan mereka yang Kau limpahi cinta; dalam sempit maupun lapangnya, senyum
dan juga lukanya.
Maka Ya Allah, walau tak Kau kayakan kami
seberlimpah Sulaiman; karuniai kami syukur dan tawadhu’nya, yang hormati semut
serta burung Hud-hud.
Maka Ya Allah, walau tak Kau beri kami daya
raga dan keajaiban seperkasa Musa, curahi kami keberanian dan keteguhannya
memimpin kaum yang sering membuat kecewa.
Maka Ya Allah, walau usia tak sepanjang Nuh
mulia, tegarkan kami dengan kegigihan da’wah dan tekad bajanya untuk terus
menyampaikan kebenaran dalam aneka cara.
Maka Ya Allah, walau paras tak setampan
Yusuf rupawan, kuatkan diri kami menahan semua goda dan derita, tajamkan
nuraninya hingga mampu membaikkan negeri.
Maka Ya Allah, walau keajaiban tak selalu
sertai perjalanan, penuhi hati kami dengan kasih mesra
seperti ‘Isa, hingga
tunduklah musuh dalam cinta.
Maka Ya Allah, walau tak perlu ditelan ikan
di gelap lautan, hiasi jiwa kami dengan kepasrahan Yunus yang rintih doanya
Kaudengarkan.
Maka Ya Allah, walau tak usah mengalami
kehilangan, dicekik sakit, miskin, dan musibah; sejukkan hati kami dengan sabar
dan dzikir seperti Ayyub yang tabah.
Maka Ya Allah; walau ujian cinta tak
seberat Ibrahim, Hajar, dan Sarah; limpahi keluarga kami dengan sakinah,
mawaddah, dan rahmah, dengan keturunan yang shalih serta shalihah.
Maka Ya Allah, walau ibadah tak
seterpelihara Zakaria dan kesucian tak seterjaga Maryam; nikmatkan bagi kami
bakti anak mulia seperti Yahya dan ‘Isa.
Maka Ya Allah, walau belum pernah mencicipi
surga bak Adam dan Hawa, jadikan rumah kami terasa surga sebelum surga,
terimalah taubat atas segala dosa.
Maka Ya Allah, walau hidup tak
sepedas-pedih warna-warni hayat Ya’qub, jadikan kami hanya mengadu padaMu
semata, hingga menampilkan kesabaran cantik yang mencahaya.
Maka Ya Allah, walau tak harus lari dan
bersembunyi sebagaimana para Ashabul Kahfi, beri kami keberanian dan
perlindungan saat tegas mengatakan Al Haq di depan tirani.
Maka Ya Allah, walau kerajaan tak seluas
Dzul Qarnain, curahi kami akhlaq pemimpin; yang senantiasa menyeru pada iman,
membebaskan ummat, serta menebar manfaat.
Maka Ya Allah, walau jangan sampai Kau
karuniai pasangan yang mirip Fir’aun, teguhkan kami bagai Asiyah yang mukminah,
anugerahkan rumah di sisiMu di dalam surga.
Maka Ya Allah, walau persoalan hidup tak
sepelik yang dialami Ibunda Musa, bisikkan selalu kejernihanMu di firasat kami
saat menghadapi musykilnya hari-hari.
Maka Ya Allah, walau ilmu dan kebijaksanaan
tak seutuh Luqman Al Hakim; tajamkan fikir dan rasa kami untuk mengambil ‘ibrah
di setiap kejadian.
Maka Ya Allah, susurkan dan susulkan kami
di jalan lurus, di lapis-lapis keberkahan.
-Salim A Fillah
---
Ya Allah, janganlah kau hilangkan kenikmatan
berdakwah dalam hati-hati kami!
3 comments:
Jika bukan kerana Allah dan Rasul, maka atas alasan apa lagi yang lebih baik dari ini untuk para rijal sentiasa meneruskan misi dakwah.
Bila merasakan Allah itu lebih besar berbanding masalah-masalah dakwah (termasuklah penolakan adik dan sebagainya), namun kader ini masih mampu tersenyum kerana merasakan manisnya cinta Allah.
InshaaAllah, doakan saya juga akh agar terus tsabat pada jalan ini.
adakalanya, memang rasa bersalah sebab ponteng halaqah dan usrah tetapi ana rasa ana tak berapa jelas dan faham setiap input yang disampaikan dan membuatkan jiwa ana sentiasa memberontak.
tolong doakan ye akhi ( tak tahu lah incik tuan blog baca ) semoga hati ini tetap dengan minat dan naikkan kembali semangat yang dulu yang semakin pudar.
Baca :)
Post a Comment