Ye.
Kadang kadang
kita mengharapkan sedikit keajaiban dalam hidup ini untuk menguatkan
kepercayaan kita. Akan ada detik detik setelah kita penat, sakit dan kecewa
dengan perjuangan ini, kita merasakan ada yang tidak kena. Kadang-kadang kita
rasa kita berada di tempat yang salah. Lalu kita mengharapkan tanda-tanda dari
langit yang boleh menenangkan kegelisahan itu.
Bahkan,
Bahkan nabi
Allah Ibrahim a.s. yang berstatus nabi itu pun mengharapkan sedikit tanda untuk
menguatkan keimanan yang sudah lama terdasar. Perhatikan ayat berikut;
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”
Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?”
Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakinkannya,
akan tetapi agar hatiku tetap mantap”
Allah berfirman, “Ambillah empat ekor burung,
lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu diletakkan di atas tiap tiap satu bukit
satu bahagian dari bahagian-bahagian itu, kemudian panggilah mereka, nescaya
mereka datang kepadamu segera”
Dan ketahuilah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana
Al Baqarah:260
Lagi, Nabi
Zakaria pun hairan dan berasa ragu ragu bagaimana mungkin dia yang sudah lanjut
usia beserta isterinya yang berstatus mandul pada hemahnya itu bisa memperoleh
anak, lalu dia pinta tanda dari Allah.
Untuk ini,
kalian boleh rujuk Surah Maryan ayat tujuh hingga sepuluh.
Begitulah. Maka
boleh dikatakan ianya satu lumrah atau kebiasaan bagi seseorang yang bersifat
manusiawi mengharapkan sedikit tanda untuk membenarkan apa dia meniti di titian
yang haq atau bathil.
Bagi orang
kebanyakan juga, mereka mengharapkan tanda tanda atau keajaiban daripada agama
ini. Yelah, kata agama Allah, mesti ada ciri ciri kewahyuan kepada agama
tersebut. Manusia sentiasa inginkan satu sumber yang jelas, yang boleh
menguhkan kekuatan dia perbatasan.
Sebab itulah
apabila ada kejadian kejadian ajaib yang melibatkan Islam, manusia manusia ini
bersorak riang. Amal mereka bertambah. Keyakinan mereka kian mendasar. Sembang mereka
makin kenchang. Dan setelah satu tempoh yang panjang, mereka kembali ragu dan
mempersoalkan kebenaran itu. Mereka mengharapkan adanya tanda baharu, adanya
isu baharu.
Umpamanya,
keajaiban seperti masjid yang tidak roboh tatkala tsunami melanda, awan yang
membentuk kalimah Allah, sejadah yang berzikir, cahaya putih dari kota Mekah,
kalimah Muhammad pada kulit tembikai dan banyak lagi, ini semua menjadi tanda
tanda yang menguatkan manusia kebanyakan ini.
Alahai.
Seperkara,
anehnya tanda tanda ini walau sedikit sebanyak telah menguatkan keyakinan orang
kita, tapi masih belum cukup untuk mereka membuahkan amal yang bersungguh,
masih gagal orang kita untuk keluar berjihad. Masih perlahan perkembangan
dakwah kita. Seolahnya, tanda tanda itu langsung tiada membawa erti.
Di zaman
Rasulullah, tidak pula kedengaran tanda tanda ajaib ini. Tiada dalam mana-mana
riwayat, hadith atau seerah tanda tanda seperti di atas. Tapi para sahabat
terus menerus menawarkan jiwa mereka untuk kelangsungan agama ini. Medan jihad
menjadi tempat transaksi antara manusia dan Allah, tempat membeli syurgaNya.
Ketahuilah pena
telah diangkat dan lembaran telah kering.
Sebenarnya,
al quran, cukuplah ia sebagai tanda kebesaran Allah. Cukuplah al quran itu
meneguhkan hati kita, menguatkan keyakinan kita. Usahlah kita mengharapkan
perkara yang remeh dan temeh.
Bahkan dalam
banyak ayat al Quran Allah telah menjelaskan tanda tanda kebesaranNya. Namun,
kebiasaanya ayat ayat ini diakhiri dengan persoalan, apakah kamu tidak
memikirkannya ? apakah kamu tidak memerhatikannya?
Inilah kelemahan
kita.
Gagal memerhati
dan berfikir.
Sekarang berbalik
kepada kita kita yang berasa lemah dan ragu, apa tandanya kita berada di jalan
benar? Apakah orang-orang dalam tarbiyah, yang sudah meniti di jalan dakwah
masih mengharapkan turunya gula gula dari langit ? Atau masih menuggu kalimah
kalimah ini tumbuh atau terukir ada tanam-tanaman.
Alangkah!
Quran juga
telah menjelaskan tanda untuk ini,
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,
maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang
serupa. Dan masa itu Kami pergilirkan di antara manusia dan supaya Allah
membedakan orang orang yang beriman supaya sebahagian kamu dijadikanNya syuhada’.
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang
beriman dan membinasakan orang-orang kafir.
(Ali Imran 140-141)
Istiqomah. Kekalnya
atau, masihnya kita atas jalan ini atas pilihan Allah, bermakna in sha Allah
kita masih di jalan yang benar. Jika kita hadhir sekadar merosakkan saf saf
orang beriman, tidak mustahil bahkan pasti Allah akan menarik balik hidayah dan
taufiik ini.
Maka saudraku,
Masihkah kau
ragu?
Atau sebenarnya
kita juga gagal berfikir dan memerhati ?
No comments:
Post a Comment