“Hai orang yang berselimut. Bangunlah di malam hari kecuali sedikit.
Separuhnya, atau kurangilah yang separuh itu sedikit. Atau tambahkan atasnya,
dan bacalah Quran dengan tartil”
(73:1-4)
(73:1-4)
Untuk apa?
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat”
(73:5)
(73:5)
Seberat apa?
“Kalau sekiranya Kami menurunkan al Quran ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah berantakan disebabkan takut kepada Allah”
(59:21)
(59:21)
Itulah kalimat yang berat. Itu beban yang
berat. Beban yang gunung-gunung tak sanggup menanggung. Beban yang dihindari
oleh langit dan bumi. Dan Muhammad harus menerimanya. Dia harus menanggungnya.
Maka hatinya harus lebih kokoh dari gunung.
Jiwanya harus lebih perkasa daripada bumi. Maka dadanya harus lebih lapang
daripada lautan. Kerana itu dia harus bangun di waktu malam untuk menghubungkan
diri dengan sumber kekuatan yang Maha Perkasa.
-Dalam Dekapan Ukhuwah
-Salim A Fillah
-Salim A Fillah
-----------------------
Saya kira para penyeru kebenaran, kita-kita inilah yang
paling banyak masalah. Di situ dan di sini. Kitalah yang paling lemah. Tenaga dilabur
kejap di kota, kejap di desa. Kitalah yang paling butuh kekuatan, ruhi dan
fisiknya. Yelah. Menyambung tugas kerasulan. Risalah al haq ini perlu dibawa
kedepan.
Pastinya banyak dugaan, pancaroba. Kitalah yang banyak benar
musuh. Meski yang terlihat mahupun yang terhijab. Berhadapan dengan gerak kerja
al bathil yang penuh tersusun. Kitalah yang paling butuh bantuan.
Mana nak cari kekuatan untuk itu semua?
Usah dicari kekuatan dan sokongan daripada manusia. Kerana mereka
seperti kita juga. Lemah. Tidak mampu memberi manfaat pada kita. Sebaliknya sumber
kekuatan, satu-satunya sumber kekuatan adalah dari yang Maha Kuat. Al Aziz. Dari
Allah Azza Wajala.
Atas sebab itu, penegak kebanaran telah memilih untuk
menghidupkan malam-malam mereka. Di saat yang lain hanyut dibuai mimpi indah
memetik bintang di kanvas langit, penyeru kebenaran bertarung dengan keinginan
diri untuk mendapatkan bekalan kekuatan. Menjadikan malamnya penuh esak dan
sedu. Menjadi rahib di malam hari tatkala berpenatan mengaum ganas di siangya.
Saya kira kita inilah, momen satu pertiga terakhir malamnya paling
intim dengan Sang Pencipta. Banyak benar yang hendak diadukan. Banyak benar
yang hendak dirintihkan. Banyak benar yang hendak dipohon pertolongan. Banyak justeru
terlalu banyak untuk sekadar dititip di ruang ini. Kita sudah jauh mengerti.
Gayanya makin kuat kita bekerja
Makin dekat kita dengannya
Makin banyak cerita untuk dikongsi
Makin dekat kita dengannya
Makin banyak cerita untuk dikongsi
Aneh bahkan terlalu aneh bagi mereka yang kencang memacu kuda
masing-masing di medan amal dan jihad, tapi tidak ada masa untuk berintiman
dengan Sang Pemberi Kekuatan. Aneh jika kalau kita ini katanya penegak
kebenaran tapi jauh hubungannya dengan Sang Pencipta, yang mana dari Dia
datangnya kebenaran.
Aneh terlalu.
Maka kita ini tidak mahu menjadi aneh. Maka kita telah
mengambil keputusan. Kita telah bertegas untuk mengalokasi waktu di sepertiga
akhir malam untuk momen momen intim denganNya. Kerana waktu itu, manis rasanya.
Tenang bayunya. Lain benar ruhnya. Seolah hanya ada kita dan Dia.
Maka mari kita, malam ini juga
Hidupkan momen itu. Penuh keintiman.
Di sana, ada cinta dan tujuan
Yang membuatmu menatap jauh ke depan
Di kala malam begitu pekat
Dan mata sebaiknya dipejam saja
Yang membuatmu menatap jauh ke depan
Di kala malam begitu pekat
Dan mata sebaiknya dipejam saja
Cintamu masih lincah melesat
Jauh melampui ruang dan masa
Kelananya menjejakkan mimpi-mimpi
Jauh melampui ruang dan masa
Kelananya menjejakkan mimpi-mimpi
Lalu di
sepertiga malam terakhir
Engkau terjaga, sadar dan memilih menyalakan lampu
Melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
Engkau terjaga, sadar dan memilih menyalakan lampu
Melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
Dengan cita yang besar, tinggi dan bening
Dengan ghairah untuk menterjemahkan cinta sebagai kerja
Dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
Dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati
Dengan ghairah untuk menterjemahkan cinta sebagai kerja
Dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
Dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati
------------------
Inilah, manisnya jalan para pejuang
3 comments:
Terimakaseh atas ingatan.
Jazakallahu khair atas peringatan. Smg usaha dan karya diredhai dan dikira sbg amal oleh Allah. amin.
Jazakumullahukhairan katheera :)
Post a Comment