Warkah ini
aku karang dengan sekelumit harapan
Agar sosok tubuh yang dituju ambil tahu lalu mengerti
Jangan, jangan dibuang wahai tuan, surat ini ke dalam longkang
Lalu mengalir bersama air sisa, ke tempat yang hina.
Agar sosok tubuh yang dituju ambil tahu lalu mengerti
Jangan, jangan dibuang wahai tuan, surat ini ke dalam longkang
Lalu mengalir bersama air sisa, ke tempat yang hina.
Meski aku
sudah tidak lagi mampu bersuara,
Lidah yang tidak bertulang akhirnya membungkam
Apatah lagi kudrat untuk menggegam tangan langsung tiada
Namun dengarlah seketika, sebelum dihantarku ke liang lahad
Lidah yang tidak bertulang akhirnya membungkam
Apatah lagi kudrat untuk menggegam tangan langsung tiada
Namun dengarlah seketika, sebelum dihantarku ke liang lahad
Dengarlah
wahai tuan,
Pintaku ini
mustahil dipenuhi
Tapi luaskan bilik gelap itu dengan hayunan cangkulmu
Agar ada ruang untuk aku membolak balik ke kiri dan ke kanan
Agar kedua dindingnya tidak mempertemukan tulang rusukku
Tapi luaskan bilik gelap itu dengan hayunan cangkulmu
Agar ada ruang untuk aku membolak balik ke kiri dan ke kanan
Agar kedua dindingnya tidak mempertemukan tulang rusukku
Ah, kau
sudahpun mencemuh
Dengar
dahulu,
Tubuhku ku
ni sudah layu lusuh
Tulang belulang ku, sudah rapuh, tunggu masa mereput
Kulitku yang usang ini hampir saja tanggal digosok ganas
Maka lembutkan saja langkah tindakmu,
Jangan kau bertindak keras dengan cangkulmu itu
Tulang belulang ku, sudah rapuh, tunggu masa mereput
Kulitku yang usang ini hampir saja tanggal digosok ganas
Maka lembutkan saja langkah tindakmu,
Jangan kau bertindak keras dengan cangkulmu itu
Nanti
dahulu
Perlahankan
hayunan mu itu,
Campak perlahan lahan gumpalan tanah liat yang engkau siapkan itu
Senyumlah padaku agar aku bisa pergi dengan tenang
Jangan ditutup hidungmu, meski jasadku makin membusuk bahkan bernanah
Aku tahu kau bahkan banyak urusan
Tapi hormati daku sebentar, kerna kelak kepalaku akan dipijak pijak
Campak perlahan lahan gumpalan tanah liat yang engkau siapkan itu
Senyumlah padaku agar aku bisa pergi dengan tenang
Jangan ditutup hidungmu, meski jasadku makin membusuk bahkan bernanah
Aku tahu kau bahkan banyak urusan
Tapi hormati daku sebentar, kerna kelak kepalaku akan dipijak pijak
Langsung
tiada belas kasihan
Terima
kasih wahai tuan,
Yang terakhirnya,
Khabarkan kepada kerabat ku yang menangis itu
Tugas mu sudah sempurna
Pacakkanlah sebatang kemboja buat harum meski mustahil untuk aku rasa
Agar juga ia bertasbih kepada Tuhan kita
Tugas mu sudah sempurna
Pacakkanlah sebatang kemboja buat harum meski mustahil untuk aku rasa
Agar juga ia bertasbih kepada Tuhan kita
Aku sudah
pergi wahai si penggali kubur,
Jasamu akan kukenang
Sampai masa, kau pun menyusul meninggalkan cangkulmu
Seperti aku tinggalkan bijana bijana aku
Jasamu akan kukenang
Sampai masa, kau pun menyusul meninggalkan cangkulmu
Seperti aku tinggalkan bijana bijana aku
Maka ambilah pelajaran
Kerana ajalmu mendekat
Saat ke
saat !
4 comments:
Dan kitalah sang penggali kubur itu.
Yang meluaskan kubur itu amal.
Allah !
Mati yang makin mendekat.
Sampai waktu sampailah penamat hayat. Moga sempat bertaubat.
Astaghfirullahalazim.
T.T
nanges sesama
i've read this before. but now when i'm reading this again, it feels diferent.
T_T
u made me wanna feel different as well.
jzkk
Post a Comment